skip to main |
skip to sidebar
Ternyata Cuman Mimpi
Diposting oleh
Chifs_child
di
23.05
Sebuah
persinggahan dengan bunga-bunga yang bermekaran. ruang yang selalu
mempermainkanku pada keindahan yang memesona. Derai angin selalu
mengantarkan harum mawar, hingga membuatku mabuk kepayang. Betapa
indahnya tempat ini, betapa aku ingin selalu di sini.
Aku
seorang yang masih jomblo pada persinggahan waktu itu, sikap pendiam dan
pemalu terngaung, menutup rasa cinta. mungkin suatu yang terpendam
membentuk puncak es di hati. Beku, semakin hari semakin membatu. aku
semakin tidak yakin kalau suatu saat gunung es itu mampu mencair. Semua
tahu matahari selalu terbit dari arah timur ke barat bukan dari utara
keselatan. Sehingga, es di kutub utara tak akan pernah mencair.
Andini, nama itulah yang mendermaga di lubuk hatiku, ukiran nama Andini
membekas di setiap sysraf-syaraf otakku. Kamar yang berhadap-hadapan,
latar itulah yang selalu memberiku kesempatan bertatapan dengannya. Aku
selalu rindu adegan itu, selalu membuat hatiku berbunga, kala mata kami
beradu dalam sebuah lingkaran. hingga menumbuhkan bercak-bercak cinta
yang mendalam, serupa gulma di musim penghujan.
“Boy apa kamu tidak bosan hidup sendiri, Tanpa pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita?” ucap Ardian.
Pertanyaan itulah yang selalu membuatku terdiam atau terpuruklah itu.
Sepertinya, tidak ada kata-kata yang dapat kurangkai untuk menjawab,
karena serba salah dan semuanya tolol.
Hatiku bagaikan es di
kutub utara yang tidak tahu, kapan bisa mencair, karena semakin hari
semakin memuncak oleh kata-kata dan perasaan yang tak bisa kucairkan
pada sebuah daratan.
Aku benci pada diriku, menyesal hidup
seperti ini. penakut, pendiam, pemalu, sifat yang lumrah dimiliki
seorang wanita, tapi aku seorang lelaki yang sepantasnya berani
mengungkapkan kata cinta pada seorang wanita. bukan pemalu dan hanya
menunggu ungkapan cinta seorang bidadari.
“Sampai kapan?” teriakku. Aku tak ingin hidup seperti ini. hidup dalam bayang-bayang cinta yang yang kelam.
Kupandang hidupku kebelakang. Mengingat-ingat prilaku yang hanya diam.
waktu yang tidak kugunakan, semuanya sia-sia. Ke kampus lalu tidur di
kosan, kadang membuat kamar seperti pabrik, oleh gumpalan asap rokok
yang tak pernah berhenti, keluar-masuk dari mulutku.
Hari ini
hari sabtu, libur di kalangan mahasiswa. Kosan terasa amat sepi.
penghuni kosan menikmati hari libur, menghilangkan kejenuhan oleh
rumus-rumus, pengertian-pengertian, istilah-istilah dan ilmu-ilmu,
selama lima hari berturut-turut.
Bepergian atau berbelanja
untuk menenangkan pikiran, bukan bagian hidupku. Dikala libur biasanya
kuhabiskan waktu untuk menulis puisi, menyusun nada-nada menjadi
musikalisasi. hanya itulah yang dapat menghiburku. Bukan hanya pikiran
tetapi hati yang sudah membeku sekejap merasakan kehangatan oleh untayan
kata-kata dan nada-nada yang mengalun dengan sendu. Sepertinya,
menyuarakan kesendirian dan kejenuhanku. mungkin saja kepada nyamuk atau
kecoak yang selalu menemaniku.
Pada sebuah siang yang panas,
aku melihat sosok seorang gadis, tiba-tiba jantungku bergemuruh. ya itu Andini. sepertinya dia berjalan menuju kamar mandi. mungkin sebentar
lagi dia juga akan bepergian atau bersenang-senang, sebagaimana
teman-teman yang yang lain. Sejenak kupandang sosok gadis itu, terpintas
suatu ide dalam benakku, tapi masih mengapung-apung. Karena, untuk
melakukannya diperlukan suatu keberanian. Kutenangkan jiwaku, kutepis
semua rasa takut, kurangkai kata-kata yang mungkin kuungkapkan untuknya,
saat itu juga.
Kakiku mulai gemetar. kutuntun untuk melangkah
keluar dari kamar kosan. kulihat sekeliling, sepertinya sepi. “Mungkin
semuanya sudah pada pergi.” Bisikku dalam hati. kudekati kamar mandi
itu. kutunggu hingga Andini keluar.
Ketika, berada di depan
pintu kamar mandi, aku sempat barhayal. Mungkin kenekatanku itu akan
membuatku malu seumur hidup, tapi aku tidak peduli soal itu, mungkin itu
suatu pengorbanan untuk meraih cinta.
Terlalu lama melamun,
membuatku tersentak kaget. melihat Andini sudah dihadapanku. dia juga
kaget. dari raut wajahnya sepertinya dia malu, karena tubuh mungilnya
hanya ditutupi handuk lembutnya saja.
Kulangkahkan kakiku
mendekatinya, kuraih tangannya lalu kutarik kedalam kamar mandi itu
lagi. awalnya dia sangat berontak, dia takut kalau aku berbuat senonoh
pada tubuh indahnya yang memesona, namun akhirnya dia mulai tenang, saat
aku berlutut di hadapannya dan mengungkapkan semua isi hatiku
kepadanyanya.
Dia hanya bisa terdiam, mungkin dia kaget atau
marah atas kelakuanku yang di luar pikirannya. Namun, aku tak perduli
apa pendapatnya tentang diriku.
Kini es dikutub utara sudah
mencair, mengalir ke samudra-samudra, menggenangi seluruh rawa yang dulu
kering dan laut yang lama surut telah penuh kembali. Mungkin panasnya
bumi oleh asap pabrik, asap kendaraan dan hutan yang di gundul para
penebang-penebang liar.
Dalam suasana hening itu, tiba-tiba bibir lembutnya memancarkan kata-kata yang sangat berharga untukku.
“sebenarnya aku sudah lama memendam perasaan yang sama denganmu, aku
juga suka sama kamu, aku sudah lama menunggu masa-masa seperti ini.”
ucapnya sedikit malu.
Jawabanan yang begitu singkat, namun telah
menjawab semua teka-teki yang tak pernah bisa terjawab olehku, bahkan
pakar sekalipun. Hanya Andinilah yang bisa menjawabnya. dituntunnya aku
untuk berdiri, lalu kicium tangan yang kugenggam dari tadi. masih terasa
harum, seperti mawar putih yang mekar di pagi hari.
“Aku pamit
dulu! jangan lupa, nanti malam kita ke taman, menikmati malam dan
melihat bintang-bintang. aku akan menunjukan kepada bulan, bintang,
angin yang berhembus pada pohon-pohon, bahwa aku sudah mencairkan puncak
es di hatiku.”
Dia menjawabnya dengan anggukan dan senyuman
yang lembut, dengan sedikit malu. kulihat sekeliling kosan masih terasa
sepi. “Mungkin mereka masih asik menikmati hari liburnya.” Pikirku.
Aku langsung berlari menuju kamar. Dari jendela kamar itu, terus
kupandangi bidadariku itu, seperti yang sering kulakukan sebelum cinta
itu mencair pada sebuah daratan.
Dan alangkah terkejut diriku, hingga tubuhku yang malas terpental dari ranjang tempat aku tidur, "Shit!! jam beker sialan, knpa meski berisik saat moment yg aku harapkan akan terjadii dalam kehidupan nyata itu?"
Seakan masih tak percaya, anganku yang terpendam dari bangku SMP sirna, dikarenakan jam beker sialan.
blogwalking nih, ikut menyimak ceritanya ^_^
BalasHapus