my twitter

Rabu, 03 Oktober 2012

Tidak Semua yang Jadul Itu Usang

\*) Lapar nih! Ah dari pada pusing mending masak Indomie, tidak sampai 15 menit makanan sudah siap, untuk minumannya ada teh celup dan gula..jadi deh. Sambil makan saya membuka koneksi internet yang siap memberikan informasi dimanapun selama 24 jam.



Sekarang ini jaman serba instant.  Makanan, minuman dan informasi serba siap saji.  Manusia pun berpikir makin ekonomis, segalanya dikaitkan dengan materi. 

Belum lagi serbuan merk asing yang dikemas dengan keren dan modern.  Anak muda Jaman sekarang memilih nongkrong di Starbuck atau Coffee Bean yang menyajikan cappucino, frapuccino atau kopi nama nama asing lain dibanding warkop, iyalah di sana adem dan mentereng.  Di warkop panas dan berdebu, pembelinya paling cuma buruh, jualannya paling banter kopi tubruk sama indomie.  Kapan ya ada merk lokal yang menyajikan kopi secara bersahaja.  Mungkin Kopi Aroma yang di Bumi gora itu bisa dijadikan referensi..

Tiba tiba saya membayangkan kehidupan di jaman dulu, jika mundur sekitar 500 tahun yang lalu mungkin sekitar jaman kerajaan Pajang atau awal berdirinya Mataram.  Alangkah jauh perbedaannya.


Setiap keluarga mempunyai sawah sendiri yang menghasilkan beras untuk kehidupan mereka, mereka juga membuat minyak sendiri.  Rumah makan hanya untuk para pengembara. 

Para gadis sudah tentu terampil dengan pekerjaan dapur, di usia yang masih sangat muda sudah pandai membuat berjenis jenis masakan.  Sedangkan saya baru baru saja bisa memasak itupun setelah menikah. 

Kalau sekarang untuk pergi ke lain kota sudah tersedia moda transportasi yang beragam, coba bandingkan pada jaman Mataram, sekedar ke padukuhan sebelah saja cuma tersedia kuda, itupun makan waktu hampir seharian.  Bayangkan berkuda seharian meneluri hutan..apa nggak patah pinggang…!!!!  Cuma kuda memang bebas polusi, kecuali kotorannya yang bikin sebel, tapi masih bisa dijadikan pupuk.  Sementara oli bekas dari kendaraan bermotor paling banter dipake buat aspal.  Asap dari knalpot malah bikin muka hitam plus kanker.

Jika kini kita cukup menekan nomor telepon atau dengan Yahoo Messenger atau layanan lainnya untuk berbicara dengan orang dari berbagai belahan dunia, dulu mungkin hanya orang orang tertentu yang mempunyai Aji Pameling…itu loh ajian yang memungkinkan orang berkomunikasi jarak jauh secara batin. 

Bagaimana menguasai ajian tersebut?...ada yang bilang harus pati geni 40 hari 40 malam dengan makan cukup sesuap dan minum seteguk setiap hari.  Mana tahaaannnn…siapa yang sanggup. 

Tidak ada yang mudah pada masa lalu, untuk memiliki kelebihan dari orang kebanyakan seseorang harus menempuh jalan yang sulit, hidup prihatin.  Untuk memperoleh pendidikan atau kecakapan tertentu seseorang harus mengembara menimba ilmu ke berbagai padepokan. 

Tidak heran jika keprihatinan itu terbawa dalam sikap hidup sehari hari.  Mereka terbiasa berpikir panjang akan akibat yang ditimbulkan dalam setiap perbuatan.  Hubungan dengan Sang Pencipta terasa demikian dekatnya 

Sekarang, jaman telah berubah pendidikan milik siapa saja.  Teknologi membawa banyak perubahan dalam memandang kehidupan.  Apa yang dulu merupakan kelebihan sekarang merupakan hal yang umum saja.  Yang dulu dapat diperoleh dengan laku tertentu sekarang tinggal pencet atau klik saja….. 

Semua hal terasa mudah, tapi memang kehidupan bertambah sulit; kalau duluuuuu… orang tua cukup mengharapkan anaknya menjadi orang yang berguna syukur bila bisa jadi menantu demang,  tidak memikirkan harus kerja apa karena kan tinggal buka hutan untuk dijadikan sawah.

Kalau sekarang anak belum lahir orang tua sudah sibuk ikut asuransi pendidikan, anak balita orang tua sibuk mencari playgroup belum lagi les ini les itu.  Syukur syukur bila dilirik agency model.  Semua berpacu mengejar materi.  Semua orang ingin serba cepat..nggak ada cerita deh harus bertapa dulu berminggu minggu untuk dapat kesaktian,,,,lagian jaman sekarang ilmu kebal mau dipakai dimana..kecuali bila anda anggota grup kesenian debus 

Tapi kalau tidak hati hati segala yang serba instant juga akan menjerumuskan kita menjadi seseorang yang berakal pendek dan abai terhadap hati nurani, karena tidak tersedia waktu yang cukup bagi kita untuk merenung, menilai segala tindakan yang kita ambil.  Tidak heran kalau banyak kejahatan aneh aneh di sekitar kita mulai dari perampokan, penembakan, korupsi, perkosaan.
  
Jika dulu pagar rumah cukup dari perdu yang hijaunya menyejukkan mata, sekarang berganti dengan rangka besi yang tingginya kadang menyamai pagar rumah tahanan.

Belum lagi infotainment dan tontonan lainnya yang kerap mengabaikan kesopanan.  Bila dulu orang tua bisa tenang melepas anak anaknya bermain cukup jauh, sekarang kita was was bila anak kita bermain di luar pagar halaman rumah yang hanya sepetak.  Anak kecil sekarang didongengkan cerita seram tentang penculikan.
  
Bukan berarti saya ingin kembali di jaman tanpa listrik itu loh…saya hanya membayangkan betapa senangnya jika kita hidup di jaman berteknologi tinggi tapi tetap memegang kuat local wisdom masa lalu tentu saja disesuaikan dengan sekarang.

refresensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar