my twitter

Senin, 30 April 2012

TIDAK UNTUK DIBACA

Beginilah pikiranku jika aku sedang kalud, menulis apa saja, dan menjadi siapa saja. cerita ini adalah emosi, benci, dan amarah memuncah. Sang jagoan belum datang rupanya, menyamar jadi alang-alang kehidupan. Dan ternyata beginilah kehidupan sang jagoan::


"Aku berlari dan terus berlari, tak peduli pada keadaan, tak peduli sunyi, tak peduli ramai, tak peduli gelap. Aku bebas melakukan apa saja. Akupun tak peduli pada diriku sendiri, rambutku panjang dan kotor.. Hhaha..aku pun tak tahu aku mengenakan sebuah pakaian atau tidak. Yang jelas aku nyaman. Nyaman sekali. Bebas tanpa beban. Jika ada orang yang meliat aku, orang tersebut takut, aku senang.

Tapi aku benci jika mereka meremehkan aku. Aku masih bisa menangis jika aku sadar. Makanya aku terus berlari, terus sampai lelah.

Jika lelah datang aku berhenti berlari,dan menyantap apa saja yang ada dihadapanku. Penindasan, kekerasan, kesombongan, keanguhan.


Tidak ada yang bisa menghalangi aku, jika aku sedang lapar.
Aku sendiri saja bingung klo aku lapar aku harus makan atau minum. Tapi aku tak peduli, perut ini sangat baik pada diriku ,dia tak mempersoalkan itu.

Kini aku berdiri di atas sebuah koridor busway dan menghirup udara kotor berpolusi. Sejuk sekali karya orang-orang kota ini.

Aku tersenyum, memandang bintang, aku teriak padanya. Bintanggg...! aku disini! Kataku lantang. Aku menunjuk dadahku dengan emosi.
Dulu aku pernah berjanji padamu, bahwa kalau aku hidup aku akan melakukan yang terbaik. Coba tengok di bawah sana, saudara-sauadara ku terkapar lapar, menadah kiri kanan. Merintih pilu, yang tak kuat kan menjadi aku.

Ya, seperti aku sudah tak peduli lagi dengan keadaan. Aku sungguh tak mengenal saudaraku. Biarlah aku di sini. Aku akan memanjat jika engaku tak memberi penjelasan kenapa orang-orang senang membunuh. Membunuh harapan, membunuh kesempatan, membunuh keyakinan.

Aku coba benturkan kepalaku ke tiang besi ini, berharap di sini ada jawaban. Ternyata aku keliru, Cuma dingin yang kurasakan, merah segar membasahi mukaku. Hahaha..sepertinya aku akan menemukan jawaban, kataku bangga.
Ku coba lebih keras lagi membenturkan kepalaku ke tiang besi ini.
Tapi di bawah sana sudah ramai orang. Ya sangat tak jelas sedang apa mereka.
Tapi ketika benturan yang kesekian kalinya entah berapa banyak, lama-lama aku tak mendengar suara apa-apa . Yang ku tahu tubuhku dingin, dan tubuhku seperti terbang. Aku tak mengingat apa-apa ketika suara-suara gaduh berteriak panjang..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar